Kucing Terakhir

Rina adalah seorang wanita tua yang tinggal sendirian di sebuah rumah tua di pinggiran kota. Dia tidak punya keluarga atau teman yang mengunjunginya. Satu-satunya teman yang dia miliki adalah kucingnya, Milo, yang dia temukan di jalanan beberapa tahun lalu.

Milo bukan kucing biasa. Dia bisa berbicara dengan Rina dan mengerti apa yang dia katakan. Dia juga sangat pintar dan penasaran tentang segala hal. Dia sering membaca buku-buku yang ada di rumah Rina dan menonton televisi bersamanya. Dia juga suka bermain-main dengan mainan kucing yang Rina belikan untuknya.

Rina sangat menyayangi Milo dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Dia selalu memberinya makanan terbaik dan merawatnya dengan baik. Dia juga sering bercerita tentang masa lalunya yang penuh dengan kesedihan dan kesepian. Milo selalu mendengarkan dengan sabar dan memberinya semangat.

Suatu hari, Rina merasa tidak enak badan dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Dia memanggil-manggil Milo, tapi tidak ada jawaban. Dia mulai khawatir dan mencoba mencari telepon untuk meminta bantuan. Tapi dia tidak bisa menemukannya.

Sementara itu, Milo sedang berada di luar rumah. Dia ingin menjelajahi dunia dan melihat hal-hal baru. Dia merasa bosan dengan kehidupan yang monoton di rumah Rina. Dia berpikir bahwa dia masih muda dan memiliki banyak waktu untuk kembali ke rumah.

Dia berjalan-jalan di sekitar kota, melihat orang-orang, kendaraan, gedung-gedung, dan binatang-binatang lainnya. Dia merasa senang dan bebas. Dia juga bertemu dengan beberapa kucing lain yang menawarinya untuk bergabung dengan mereka. Tapi dia menolak karena dia merasa bahwa dia berbeda dari mereka.

Dia terus berjalan sampai dia sampai di sebuah taman yang indah. Dia melihat banyak bunga-bunga yang berwarna-warni dan pohon-pohon yang rindang. Dia juga melihat sebuah kolam yang tenang dengan ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Dia merasa damai dan bahagia.

Dia memutuskan untuk beristirahat di sana dan tertidur di bawah pohon. Dia bermimpi tentang Rina dan kehidupan mereka bersama. Dia ingat betapa Rina mencintainya dan merawatnya dengan baik. Dia juga ingat betapa dia sering membuat Rina tertawa dan tersenyum.

Dia terbangun dengan suara sirene ambulans yang mendekat. Dia melihat beberapa orang mengenakan seragam putih keluar dari ambulans dan masuk ke rumah Rina. Dia merasa ada yang tidak beres dan berlari ke arah rumah.

Dia melihat pintu rumah terbuka dan masuk ke dalam. Dia mencari-cari Rina di setiap ruangan, tapi tidak menemukannya. Dia akhirnya sampai di kamar tidur Rina dan melihat tempat tidur kosong dengan selimut yang tergeletak di lantai.

Dia melihat sebuah surat di atas meja yang ditulis dengan tulisan Rina yang goyah.

"Sayangku Milo,

Aku minta maaf karena aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku sakit parah dan aku tidak punya banyak waktu lagi. Aku harap kamu bisa memaafkanku karena aku tidak bisa memberitahumu sebelumnya.

Aku sangat mencintaimu, Milo. Kamu adalah kucing terbaik yang pernah ada di dunia ini. Kamu adalah teman, keluarga, dan segalanya bagiku. Aku sangat berterima kasih karena kamu selalu ada untukku.

Aku harap kamu bisa bahagia tanpaku, Milo. Aku harap kamu bisa menemukan tempat baru untuk tinggal dan teman-teman baru untuk bermain. Aku harap kamu bisa menjalani hidupmu dengan penuh cinta dan kebaikan.

Selamat tinggal, Milo.

Ibumu,

Rina"

Milo membaca surat itu dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak bisa percaya bahwa Rina sudah meninggal. Dia merasa hancur dan putus asa. Dia menyesali keputusannya untuk pergi dari rumah tanpa pamit.

Dia menangis tersedu-sedu di atas surat itu, memanggil-manggil nama Rina. Tapi tidak ada jawaban.

Dia merasa sendirian di dunia ini.

Dia merasa seperti kucing terakhir.

Komentar